Senin, 28 Mei 2012

riwayat al-akabir an as-shaghir


RIWAYAT AL-AKABIR AN AS-SHAGHIR
Menurut bahasa berasal dari kata Al-Kabiru adalah bentuk jama’ dari As-Shaghiru dan artinya adalah riwayat orang besar dari orang kecil. Sedangkan menurut istilah :
ان يروي الشخص عمن هو دونه في السن و الطبقة او  فى العلم  و الحفظ
“Adalah riwayat seseorang dari seorang perawi yang lebih rendah umurnya dan thabaqahnya  atau lebih rendah ilmu nya.”[1]
Pendapat lain mengatakan:
ان يروي الشخص عمن دونه في السن و الاخذ عن الشيوخ
“ adalah riwayat seseorang dari seorang perawi yang lebih rendah umurnya dan  mengambil dari guru.“[2]
 Dengan demikian yang dimasud dengan riwayat Al-Akabir an As-Shagir, iaah periwayatan hadits dari seorang rawi ang lebih tua usianya atau yang lebih banyak ilmunya dari rawi yang lebih rendah usianya atau lebih sedikit ilmunya yang diperoleh dari seorang guru.[3]
Jelasnya adalah seorang perawi yang meriwayatkan suatu hadits dari seorang perawi lain yang lebih kecil umurnya dan lebih rendah tingkatnya, atau seorang operawi hadits meriwayatkan suatu hadits dari orang yang lh;;;ebih sedikit ilmu dan hapalannya, seperti riwayat perawi yang ‘alim lagi Hafidz dari syeikh yang tidak ‘alim sekalipun lebih tua umurnya, inilah yang perlu penjelasan bahwa semata-mata tua umurnya atau lebih dahulu tingkatannya saja, dalam arti tidak sama dalam ilmunya dari pada orang yang diberi riwayat tidak lah cukup disebut sebagai riwayat Al-Akabir ‘an As-Shagir.

Kamis, 24 Mei 2012

makalah turunnya Alqur'an


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Kami membahas tentang peristiwa turunnya Al-Qur’an, supaya kita mengetahui secara mendalam tentang peristiwa Al-Qur’an yang merupakan kitab suci kita sebagai orang-orang mmuslim itu diturunkan.

2.      Rumusan masalah
a.       Bagaimana Al-Qur’an itu diturunkan?
b.      Ayat apa yang pertama kali diturunkan?
c.       Berapa lama turunnya al-quran?
d.      Ayat apakah yang terakhir diturunkan?

3.      Tujuan
Mengetahui bagaimana turunnya Al-Qur’an dan meyakinkan kita bahwa kitab suci Al-Qur’an memang benar-benar berasal dari Allah Azza wa Jalla
BAB II
PEMBAHASAN
TURUNNYA AL-QUR’AN
A.    PENGERTIAN TURUNNYA AL QUR’AN
Secara majazi turunnya Al-Qur’an diartikan sebagai pemberitahuan dengan cara dan sarana yang dikehendaki Allah SWT sehingga dapat diketahui oleh para malaikat bi lauhil mahfudz dan oleh nabi Muhammad SAW didalam hatinya yang suci.
Adapun tentang kayfiyat Al-Qur’an itu di turunkan telah terjadi penyelisihan antara para ulama. Dalam hal ini ada tiga pendapat :
1.      Al-Qur’an itu diturunkan ke langit dunia pada malam al-qadr sekaligus lengkap dari awal sampai akhir. Kemudian diturunkan berangsur-angsur sesudah itu dalam tempo 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun berdasarkan pada perselisihan yang terjadi tentang berapa lama nabi bermukim di mekkah sesudah beliau di angkat menjadi rasul. Pendapat ini berpegang pada riwayat Ath Thabary dari Ibnu abbas beliau berkata “diturunkan Al-Qur’an dalam lailatul qadr dalam bulan ramadhan ke langit dunia sekaligus semuanya, kemudian dari sana (langit) diturunkan sedikit sedikit kedunia”. Dari segi isnad riwayat tersebut kurang kuat akan tetapi boleh di gunakan[1].
2.      Al-Qur’an itu di turunkan ke langit dunia dalam 20 kali lailatul qadr dalam 20 tahun atau 23 kali lailatul qadr dalam 23 tahun atau 25 kali lailatul qadr dalam 25 tahun. Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit dunia tersebut, sekedar yang hendak di turunkan dalam tahun itu kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara berangsur-angsur.s
3.      Al-Qur’an itu permulaan turunnya ialah di malm al qadr, kemudian diturunkan setelah itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu.

makalah Nahwu (Mubtada dan Khabar)


  المحاضرة للدراسة                                                                                   وظيفة النفسى
  الأستاذة  مارياني                                                                                       النحو
المبتدأ والخبر
جمع وإعداد : فرقة الأول
محمد زاهدي الصمداني : 1101230568
رحم الله :1101230572
شريفة :1101230529
ورسني تيار راضياني : 1101230536
رافعة النجاح قمرية : 1101230522



الجامعة الإسلامية الحكومية انتساري لكلية التربية
شعبة تدريس اللغة العربية
بنجرماسين
2012
الفهرس
الباب الأول
المقدمة..............................................................................................1
الباب الثاني
البحث من المبتدأ و الخبر.........................................................
أ‌.        التعريف.............................................................................................2
ب‌.   أحكام المبتدأ.........................................................................................3
ث. أَحكامُ خبر المبتدأ..................................................................................5
ج. أَقسامُ خبرُ المبتدأ...................................................................................7..
الباب الثالث
الخاتمة............................................................................................................9.
المراجع............................................................................................................10




الباب الأول
المقدمة
الحمد لله الذي أنار قلوب عبادة المتقين بنور كتابه المبين, وجعل القرآن شفاء في الصدور و هدي ورحمة للمؤمنينو والصلاة والسلام علي خاتم الأنبياء وأشرف المرسلين سيدنا محمد النبي العربي الأمينالذي فتح الله به أعيناعميا, وآذانا صما, وقلوبا غلفا, و أخرج به الناس من الظلمات إلي النور, صلاة وسلاما دائمين إلي يوم القيامة.
و قبل أن نبدأ هذه المقالة بموضوع المبتدأ والخبر, أرجو منكم جميعا العفو إذا توجدوا الخطاء إما من الأسلوب اللغوي أو الكتابة من هذه المسألة. شكرا..

الباب الثاني
البحث
المبتدأ والخبر
المبتدأ والخبرُ اسمانِ تتألفُ منهما جملةٌ مفيدةٌ، نحو "الحق منصورٌ.[1]
ويَتميّزُ المبتدأ عن الخبر بأنَّ المبتدأ مُخبَرٌ عنه، والخبرَ مُخبَرٌ به.
التعريف       
فالمبتدأ في جامع الدروس العربية هو المسنَدُ اليه، الذي لم يسبقهُ عاملٌ. والخبرُ ما أُسنِدَ الى المبتدأ، وهو الذي تتمُّ به مع المبتدأ فائدة. والجملةُ المؤلفةُ من المبتدأ والخبر تُدعى جملةً اسميَّة.
وفى الكتاب القواعد الأساسيه اللغة العربيه : المبتداء هو الإسم الصريح,او المؤول به,المحرد من العوامل اللفظية. والخبر هو الجزء المنتظم منه مع المبتداء جملة مفيدة.[2]   
وفى الكتاب المخلص قواعد الغة اللعربية: المبتداء هو إسم مرفوع يقع فى أول الجملة. والخبر هومايكمل معنى المبتداء (اي هوالخبر الذىى ينتظم منه مع المبتداء.[3]
وفي الكتاب النحو الواضح: المبتدأ خو إسم مرفوع فى اول الجملة, والخبر هو إسم يكوِّن مع المبتدأ جملة مفيدة[4]
وفى الكتاب معجم قواعد اللغة العربية : المبتدأ (المسند إليه) إسم مرفوع, فى الأصل معرفة, مجرّد عن العوامل. والخبر (مسند) إسم مرفوع فى الأصل نكرة, يتمم المعنى المبتدأ.[5]
ونحن إتفقنا ان المبتدأ هو إسم مرفوع فى اول الجملة, والخبر هو إسم مرفوع يكوّن مع المبتدإ جملة مفيدة.
الأمثلة في الإعراب :

makalah fiqh tentang taharah


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Thaharah merupakan miftah (alat pembuka) pintu untuk memasuki ibadah shalat. Tanpa thaharah pintu tersebut tidak akan terbuka. artinya tanpa thaharah, ibadah shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah, tidak sah.
Karena fungsinya sebagai alat pembuka pintu shalat, maka setiap muslim yang akan melakukan shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga harus mengetahui dan terampil melaksanakannya sehingga thaharahnya itu sendiri terhitung sah menurut ajaran ibadah syar’iah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian thaharah ?
2.      Bagaimana bunyi daill-dalil mengenai thaharah?
3.      Tujuan thaharah ?
4.      Pembagian thaharah?
5.      Alat-alat yang digunakan untuk berthaharah?
6.      Klafikasi air dan penggunaanya dalam bersuci ?
C.     Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kependidikan Islam
2.      Menambah wawasan penulis dan pembacanya mengenai thaharah
3.      Untuk memahami cara-cara bersuci yang dikehendaki oleh syari’at islam dan mempraktekkannya dalam menjalani ibadah sehari-hari.       
BAB II
PEMBAHASAN
A.     PENGERTIAN THAHARAH

Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah adalah bersih dari hadas  dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.[1]
                                        
Atau thaharah juga dapat diartikan melaksanakan pekerjaan dimana tidak sah melaksanakan shalat kecuali dengannya yaitu menghilangkan atau mensucikan diri dari hadas dan najis dengan air.[2]

Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian dan tempat. Cara menghilangkannya harus  dicuci dengan airsuci dan mensucikan.

B.     DALIL-DALIL THAHARAN
Dalil-dalil tentang thaharah, yaitu:
ان الله يحب التوابين ويحب المتطهرين . (البقرة : 122)
Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 122).
عن ابي سعيد الخدرى "الطهور شطْرُ الإيْمَان" (رواه المسلم)
 Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman

Rabu, 23 Mei 2012

makalah hadits maudhu'


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Masalah hadits maudhu berawal dari pertentangan politik yang terjadi pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib yang berujung pada pembuatan hadits-hadits palsu yang tujuannya adalah untuk mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang tertentu. Akibat perpecahan politik ini, hampir setiap golongan membuat hadits maudhu untuk memperkuat golongannya masing-masing.
Ulumul hadits merupakan suatu ilmu pengetahuan yang komplek dan sangat menarik untuk diperbincangkan, salah satuanya adalah mengenai hadits maudhu yang menimbulkan kontrofersi dalam keberadaannya. Suatu pihak menanggapnya dengan apa adanya, ada juga yang menanggapinya dengan beberapa pertimbangan dan catatan, bahkan ada pihak yang menolaknya secara langsung.
Kemudian kami sebagai Mahasiswa yang dituntut untuk mengkaji dan memahami polemik problematika umat yang salah satunya ditimbulkan dari adanya hadits maudhu.

2.      Rumusan masalah

1)      Apa yang dimaksyud dengan hadits maudhu?
2)      Mengapa muncul hadits maudhu?
3)      Bagaimana realitas hadis maudhu?


BAB II
PEMBAHASAN
HADITS MAUDU’ (PALSU)
A.   Pengertian hadits Maudu’
Maudu’ berasal dari isim maf’ul dari    وضع يضع وضعاmenurut bahasa seperti                           (meletakan atau minyimpan).[1]
Sedangkan menurut istilah hadits maudu’ adalah hadits yang dibuat-buatatau diciptakan atau didustakan atas nama nabi[2]
Dan para ahli hadits mendifinisikan hadits maudu’ adalah:
هُوَ مَا نُسِبَ إِلَى رَسُوْلِ اللّه صَلَّى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إخْتِلاَقًا وَ كِذْبًا مِمَّا لَمْ يَقُلْهُ  أَوْ يَفْعَلْهُ أَوْ يُقَرَّهُ
hadits yang disandarkan kepada Rasulullah SAW secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan, memperbuat dan mengerjakan [3]
هُوَ الْمُخْتَلَعُ الْمَصْنُوْعُ الْمَنْسُوْبُ اِلَى رَسُوْلُ اللَّه صَلَّى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زوْرًا وَبُهْتَانًا سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ عَمْدًا اَوْ خَطَأً
“hadits yang diciptakan dan dibuat oleh seorang (pendusta) yang ciptaan ini dinisbahkan kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik disengaja maupun tidak” [4]
Dari pengertian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa hadits maudhu’ adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan, perkataan maupun taqrirnya, secara rekaan atau dusta semata-mata. Dalam penggunaan masyarakat islam,hadits maudhu’ disebut juga dengan Hadits palsu.[5]
B.   Sejarah Munculnya Hadits Maudhu
Masuknya secara masal penganut agama lain kedalam islam, yang merupakan dari keberhasilan dakwah islamiyah keseluruh pelosok dunia, secara tidak langsung menjadi faktor munculnya hadits-hadits palsu. Kita tidak bisa menafikan bahwa masuknya mereka keislam,disamping ada yang benar-benar ikhlas, ada juga segolongan mereka yang mennganut agama islam hanya karena terpaksa tnduk pada kekuasaan islam pada waktu itu. Golomngan ini kita kenal dengan kaum Munafik.[6]
Golongan tersebut senantiasa menyimpan dendam dan dengki terhadap islah dan senantiasa menunggu peluang yang tepat untuk merusak dan menimbulkan keraguan dalam hati-hati orang-orang islam. Maka datanglah waktu yang ditunggu-tunggu oleh mereka, yaitu pada masa pemerintahan Utsman bin Affan. Golongan inilah yang mulai menaburkan benih-benih fitnah yang pertama. salah seorang tokoh yang berperan dalam upaya menghancurkan Islam pada masa Utsman bin Affan adalah Abdullah bin Saba’, seorang yahudi  yang menyatakan telah memeluk islam.

Senin, 21 Mei 2012

gejala pengenalan psikologi umum (penginderaan, dll)


BAB I
PENDAHULUAN
Kognitif berasal dari kata “cognitive” yang berarti hal yang berhubungan dengan pengamatan. Dalam ilmu Psikologi, Kognitif merupakan bagian dari gejala jiwa manusia. Kognitif merupakan gejala pengenalan yang terdiri dari penghayatan pengamatan tanggapan asosiasi, reproduksi, apersepsi, ingatan, fantasi, berpikir dan intelegensi.
Kognitif dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencermikan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi.
Jadi gejala-gejala kognitif itu adalah:
1.      Pengindraan
2.      Pengamatan, Tanggapan (persepsi)
3.      Reproduksi, Asosiasi, dan Appersepsi
4.      Fantasi
5.      Ingatan/memory
6.      Lupa
7.      Berfikir
8.      Inteligensi/intelek
9.      Intusi
Akan tetapi pada makalah ini kami hanya membahas tentang penginderaan, pengamatan, tanggapan, reproduksi, asosiasi, dan appersepsi


BABII
PEMBAHASAN
GEJALA PENGENALAN (KOGNITIF)
A.    Pengindraan
Pengindraan ialah penyaksian indera kita atas rangsangan yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak jelas). Dalam penginderaan bagian-bagian atau unsur-unsur dari ransangan yang belum terurai, masih menjadi satu, bahkan diri kitapun seakan-akan termasuk didalamnya. Jadi jiwa kita pasif. Misalnya pengindraan kita atas kendaraan-kendaraan yang simpang siur dijalan raya, panas terik matahari yang kita rasakan waktu kita asyik bermain dan sebagainya.[1]
Sejak individu dilahirkan  secara langsung dapat berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu pula individu-individu secara langsung menerima  rangsangan dari luar disamping menerima rangsangan dari dalam dirinya sendiri, seperti mulai merasa kedinginan, panas, sakit, senang dan sebagainya. Individu mengenal dunia sekitarnya dengan menggunakan alat inderanya.
Untuk jelasnya berikut ini adalah jenis-jenis atau kerjanya tiap-tiap indera  dari kelima panca indra kita sebagai berikut:

Jumat, 11 Mei 2012

MAKALAH FUNGSI DAN TUJUAN EVALUASI PENDIDIKAN



TUGAS TERSTRUKTUR
DOSEN PENGAJAR
EVALUASI PENDIDIKAN
Dr. Dina Hermina, M. Pd.





FUNGSI DAN TUJUAN EVALUASI PENDIDIKAN



IAIN




OLEH

RAFI’ATUN NAJAH QOMARIAH
1101230522

SYARIFAH
1101230526

WAHIDDIANNOR
1101230530



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
BANJARMASIN
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Setiap perbuatan dan tindakan dalam pendidikan selalu menghendaki hasil. Pendidik selalu berharap bahwa hasil yang diperoleh sekarang lebih baik dan memuaskan dari hasil yang diperoleh sebelumnya, untuk menentukan dan membandingkan antara satu hasil dengan lainnya diperlukan adanya evaluasi.
Diakui bahwa kritik-kritik sering muncul tentang sistem pendidikan yang sering berubah dan tidak seimbang. Kurikulum yang kurang tepat dengan mata pelajaran yang terlalu banyak dan tidak  berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan dan lain sebagainya. untuk mengatasimasalah yang seperti ini perlu adanya evaluasi pendidikan, agar setiap kekurangan ataupunkegagalan pada kurikulum yang diajarkan bisa diperbaiki pada kurikulum yang akan datang.Ruang lingkup pendidikan sangat luas, mulai dari masukan(input), proses sampaihasil (output) yang diperoleh. Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran penilaian dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting. Penilaian dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengumpulkan,menganalisa dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. untuk mengetahui apakah proses yang dilakukan itu sudah sesuai dengantujuannya maka harus dilakukan umpan balik.
2.      Rumusan Masalah
A.    Apa Fungsi evaluasi pendidikan itu?
B.     Apa saja Tujuan Evaluasi Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
A.    Fungsi evaluasi pendidikan
Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu:
1.      Menguukur kemajuan
2.      Penunjang penyusunan rencana
3.      Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali[1]
Jika dilihat dari fungsi diatas setidaknya ada dua macam kemungkinan hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi , yaitu:
A.    Hasil evaluasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi itu ternyata mengembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan.
B.     Hasil evaluasi itu ternyata tidak mengembirakan atau bahkan mengkhawatirkan, dengan alasan bahwa berdsar hasil evaluasi ternyata dijumpai adanya penyimpangan, hambatan, atau kendala, sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap waspada. Ia perlu memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang telah disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya. Berdasar  data hasil evaluasi itu selanjutnya dicari metode-metode lain yang dipandang lebih tepat dan lebih sesuai dengan keadaan dan keperluan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pungsi evaluasi itu memiliki fungsi: menunjang penyusunan rencana.